Total Tayangan Halaman

Jumat, 07 Oktober 2011

Di Kaki Langit

Pahamilah ranting-ranting yang patah.
Pahamilah luas tanah yang gersang.
Pahamilah karang pada debur ombak.
Deras-deras airnya menghempas.
Di ujung tanjung kerinduan.
Kata hati bertinta menuliskan,
Tentang cinta yang tertanam untukmu.

Air mata berderai temaram cahaya lilin.
Di bawah bulan menyingkap arti.
Bersamaan dengan langit malam yang menangis.
Bersamaan dengan angin yang mengibaskan debu.
Bersamaan dengan guguran daun yang melayu.
Menatap setetes air di padang tandus.
Menapaki langit rindu yang membiru,
Dengan potensi cinta yang masih menggebu.
Jika Tuhan di hadapanku,
Aku akan bersujud,
Dan mempertanyakan rasa cintaku.


Jarang senyumku yang ku usung.
Jarang tawaku yang ku panggul.
Di tepian rindu,
Aku berkaca duka.
Membentuk helaian kisah.
Rupa-rupanya rasa cintaku padamu tetap di sini.
Bersama pula dengan rinduku yang melonceng sunyi.
Matahari gelap terasa,
Dengan awan yang tetap mendung.
Cintaku padamu melaju tak akan pernah berhenti.
Biarpun jalanan berlubang berliku,
Tetap ku akan melangkah melewati itu.
Karena cintaku,
Masih hanya untukmu.

Sebuah bintang kecil akan senang bila bertemu bulan.
Beraksara bersama cahaya-cahaya.
Tampak jelas cahaya bintang meredup.
Perlulah memang sang bulan untuk menahu.
Menjalar terus akar kokoh cintaku.
Mewangi terus semerbak harum rinduku.
Perlulah memang untuk kau menahui itu.
Di kaki langit aku menyudut.
Menepi menghadap malam.
Dengan teman desiran angin.
Menyampaikan seluruhku untuk ditiupkan.
Sambil mata membendung airnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar