Total Tayangan Halaman

Sabtu, 08 Oktober 2011

Lilin

Surya sembunyi di batas senja.
Dan malam mulai menidurkan sang siang.
Tiada risau rembulan bersinar.
Menyinar dengan bintang-bintang.
Menyeluruh terhias di ufuk malam.
Di tepi langit aku ungkapkan.
Terdengar indah di setiap sudut-sudut cakrawala.
Hingga bintang berbaris rapi,
Membentuklah sebuah horizon.
Mengantarkan cinta di setiapnya,
Dengan air mata sebagai penjurunya.


Tiada palung yang dangkal.
Seekor ikan mampu menyelam ke kedalaman.
Sesekali sembunyi di karang-karang,
Dan sejenak terdiam,
Sambil melihat jala-jala nelayan.
Hingga sang ombak menyapunya.
Dan ikan tetaplah menyelam,
Ke dalam dalamnya kedalaman.
Suatu ketika air laut mengeruh.
Tak mungkin ikan menjauh.
Air tetaplah air.
Hanya air yang mampu membuat ikan tetap hidup,
Walau sekeruh apapun.
Rumput laut menari-nari,
Menghias gemercikan air.
Dan desiran pesisir,
Mencakar koral-koral tajam.

Buliran angin menyelimut kalbu.
Meniup asa untuk tersampai.
Tanpa membawa gemuruh badai.
Tertiuplah dedaunan kering dan terbang.
Jatuh melemah ke tanah harap.
Menggoncang kapas berpeluk angin.
Menumbangkan pohon kegersangan.
Patah dahan dan kayunya.
Namun akarnya kokoh dan tak pindah arah.
Angin meniup hujan debu.
Tertatih kakiku menjalaninya.
Terus melewatinya tanpa ragu.
Datanglah angin,
Ku titipkan salam agar ditiupkan.

Lilin memancar peluh.
Gelap-gelap diteranginya.
Bersama redup-redup cahaya.
Cobalah kau tatap,
Dengan binar-binar mata.

Rintik hujan mengalun rinai.
Tetes menetes,
Peluh memeluh.
Menggetir sebuah getar.
Getaran bukan goyahan.
Menggenggam getaran rasa.
Rasa yang mengakar cinta.
Berpegang kuat pada harap,
Yang tiada pernah berubah arah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar